Selasa, Oktober 07, 2008

Belajar Berkata Cukup

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib.
Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang
tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat
si petani menjadi kaya raya seberapapun yang
diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan
berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup".
Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas
berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa
ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya
penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan
disana. Kucuran uang terus mengalir sementara si petani
mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan
mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali
sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum
cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga
akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya
karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali
adalah kata "cukup".

Kapankah kita bisa berkata cukup?
Hampir semua pegawai merasa gajinya belum bisa
dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya..
Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya
masih dibawah target.
Istri mengeluh suaminya kurang perhatian.
Suami berpendapat istrinya kurang pengertian.
Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati.
Semua merasa kurang dan kurang.
Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya.
Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa
diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu
takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan
berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup"
jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan
berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita
melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum
kita dapatkan.. Jangan biarkan kerakusan manusia
membuat kita sulit berkata cukup. Belajarlah mencukupkan
diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita
akan menjadi manusia yang berbahagia.
Belajarlah untuk berkata "Cukup"

3 komentar:

mommy adit mengatakan...

Kalau menurut Ust. Aam Amiruddin (pimpinan Percikan Iman, Bandung), ada kalanya kita harus merasa "cukup" (yang disebut qonaah), tapi ada hal-hal yang kita harus merasa "tidak cukup" (ini disebut syukur oleh beliau).

Qonaah untuk hal-hal seperti misalnya kita hanya mempunyai mobil sedan tahun 80'an, walaupun kita mampu untuk membeli mobil yang lebih baru, tp kita mencukupkan dengan mobil sedan itu. Atau misalnya seorang ibu sudah mempunyai 3 buah tas yang masih bagus di rumah, ketika dia melihat tas dipajang di etalase toko, dia tidak membeli tas lagi karena sudah merasa cukup dengan tas yang ada.

Hal-hal yang semestinya dirasa 'tidak cukup' itu misalnya dalam hal mencari ilmu atau mengembangkan usaha. Kita harus bersyukur dengan meningkatkan ilmu dan usaha terus menerus. Misalnya seorang dosen sudah lulus S1, dia bersyukur dengan cara melanjutkan S2, S3, sampai post doktoral dst. Atau seorang pengusaha warung yang sudah mempunyai satu kedai dan menggaji dua orang, dia semestinya bersyukur dengan berusaha membuka kedai lain dan menggaji dua orang lagi, dst.

Anonim mengatakan...

Cukup sekali aku merasa.....aaa

Kegagalan cinta

Ros Marya Yasintha mengatakan...

Bersyukur dapat dilakukan oleh orang yang bahagia..Orang yang tidak pernah merasa cukup tidak pernah bahagia..